Sejarah Pulau Ular di Bima
PULAU ULAR MELEGENDA DARI BIMA WERA????
Dikisahkan pada zaman Kepemimpinan Kerajaan Bima, yakni Raja Indra Kumala, terjadi peperangan antara Kerajaan Bima provinsi NTB dengan Kerajaan Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dalam peperangan tersebut Kerajaan Bima berhasil menaklukan Kerajaan Flores. Alhasil, seluruh wilayah dan peraturan Kerajaan Flores di Pulau Ular pun dipegang penuh oleh Kerajaan Bima.
Setelah sekian tahun tunduk dan takluk pada Kerajaan Bima, Kerajaan Flores pun membangun kembali kekuatan dan mulai menyusun strategi untuk mengambil hak serta kekuasaannya dari Kerajaan Bima. Untuk melancarkan rencananya itu, Kerajaan Flores meminta bantuan dari pihak Belanda.
Akan tetapi, semua bantuan itu tidak diberi secara gratis. Syaratnya, Kerajaan Flores harus membayar upeti sebagai tanda terima kasih kepada pihak Belanda dengan menjual seluruh hasil sumber daya alam kepada Belanda.
Sayang, semua rencana yang telah disusun oleh Kerajaan Flores bocor, karena adanya mata-mata yang dikirimkan dari Kerajaan Bima.
Kerajaan Bima pun menghadang musuh yang ingin melakukan serangan di wilayah Timur Bima, tepatnya di wilayah Wera dan Sape. Akhirnya terjadilah peperangan yang sangat besar. Lagi-lagi, pasukan Bima sukses menaklukan musuhnya.
Raja Bima yang sangat murka pada saat itu akhirnya mengutuk seluruh awak kapal, Raja Flores serta para petinggi Belanda. Raja Bima mengutuk mereka menjadi seekor ular. Dan, kapalnya pun dikutuk menjadi batu yang akhirnya membentuk sebuah pulau yaitu Pulau Ular.
Di atas Pulau Ular tersebut, terdapat dua Pohon Kamboja yang konon merupakan tiang dari kapal yang telah dikutuk oleh Raja Bima. Pohon Kamboja tersebut pun masih hidup hingga sekarang dan dikabarkan tidak pernah tumbuh besar.
Penghuni pulau ini adalah ribuan ekor ular dengan corak belang-belang dan beberapa jenis tumbuhan. Tidak ada manusia yang tinggal di pulau ini. Penghuni pulau ini merupakan jenis ular laut. Ular tersebut juga dikenal ramah dan tidak pernah mem